Minggu, 13 April 2014

Pengalaman Menarik

Hai.... Sudah lama sekali aku gak ngposting disini. Sampai rasanya banyak sekali sarang lama-lama di blog ini -abaikan-. Seperti biasa, aku masih terjebak oleh kondisi tempat yang tidak memungkinkan untuk terus menulis disini, dan jika aku berada di kota, aku selalu menghabiskan waktu dengan teman-teman dan handphone. Oh iya, pengabdianku mengikuti SM-3T hampir selesai, kurang lebih 4 bulan lagi. Insya Allah Agustus sudah pulang.
Kali ini aku mencopas tulisan catatan menarik yang harus aku kumpulkan ke pihak LPTK Unesa ketika Monitoring and Evaluated akhir maret kemarin. Enjoy!


Terbiasa dengan Para Binatang

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, jika saya mengikuti program yang dibesut oleh dikti ini. Alasannya sangat klasik, yaitu saya tidak ingin hidup susah dan jauh dari keluarga. Bahkan ketika sang ketua Prodi menyarankan dan ada beberapa teman yang mengajak daftar program SM-3T ini, saya menolaknya dengan tegas. Berawal dari keisengan saya mencoba registrasi online di akhir waktu pendaftaran, akhirnya Tuhan berkehendak lain, atas ijinNya dan orang tua, 6 bulan sudah saya mampu menjalani program SM-3T yang bertempat di Kabupaten Sumba Timur, yaitu SMPN Satap Hiliwuku. Sebuah sekolah yang terletak di dusun Tandairotu, desa Katikuluku, Kecamatan Matawai La Pawu. Suka tidak suka, saya harus membaur dengan lingkungan yang sangat jauh berbeda dibandingkan dengan kota dan kehidupan serta kebiasaan yang masih kental dengan adat istiadat di pedalaman Sumba Timur. Alhamdulillah, saya mampu beradaptasi dengan semua itu, bahkan dengan binatang-binatang disana.
Setiap harinya, saya melihat banyak binatang peliharaan dan binatang ternak diarea tempat tugas, seperti anjing, ayam, babi, kambing, kuda, sapi, kerbau, burung gagak, kelabang, belatung, ulat kaki seribu, ulat. Sebelumnya binatang tersebut memang jarang terlihat diarea kampung halaman saya kecuali ketika saya pergi ke kebun binatang dan taman safari. Awalnya melihat mereka, saya sangat takut dan tidak mau mendekat karena saya sangat jijik dengan semua binatang. Lambat laun, akhirnya saya sudah terbiasa dengan keberadaan mereka, misalnya anjing yang berkeliaran bebas di sekitar mess dan sekolah. Bahkan ada satu anjing yang bernama Boy yang selalu patuh dan mendengarkan perintah saya. Setiap saya ke kelas untuk mengejar dia selalu menemani di dalam kelas, entah dia sedang duduk manis ataupun tidur di samping meja guru. Ketika pulang sekolah dia membuntuhi saya menuju mess. Ketika saya jalan-jalan di sekitar tempat tugas, dia sering mengantarkan saya sampai tempat tujuan bahkan menjaga saya dari hewan lain terutama anjing-anjing tetangga yang sering menggong-gong bila ada orang baru yang lewat. Terkadang saya juga sedikit jengkel dengan beberapa anjing disekitar tempat tugas, karena beberapa dari mereka suka menyium dan menjilat barang-barang saya, dari peralatan dapur hingga pakaian yang saya gunakan, dan mau tidak mau saya harus mensucikan najis dari anjing tersebut.
Sudah 6 Bulan lebih saya berada di Sumba Timur, dan saya sudah menyembelih 10 ekor ayam. Di tempat tugas, banyak dihuni oleh orang sumba yang beragama kristen protestan dan sebagian kecil yang bergama katolik, sehingga jika ingin menyembelih hewan mereka selalu meminta tolong orang yang beragama islam supaya daging hewan tesebut dapat dikonsumsi bersama-sama. Kebetulan orang islam di tempat tugas hanya ada saya, teman tugas, ibu bidan dan keluarganya. Jika ibu bidan dan keluarganya tidak ada di tempat tugas, saya yang selalu dimintai tolong untuk menyembelih hewan seperti ayam dan kambing. Pengalaman menyembelih hewan hanya saya dapatkan di Sumba Timur, karena memang saya baru pertama kali menyembelih hewan. Awalnya saya gagal memotong leher ayam karena pisau yang saya gunakan ternyata tumpul, tetapi untuk selanjutnya saya sudah lancar menyembelih ayam.
Saya juga sempat menunggangi kuda meski awalnya saya sempat jatuh ketika menaikinya. Selama menungganginya, saya berteriak dan hampir menangis karena masih trauma dengan kejadian jatuh sebelumnya. Beruntung, ketika menunggangi kuda, ada murid saya yang memantau dan mengendalikan kuda tersebut jadi saya merasa aman.
Saya termasuk orang yang tidak suka dan merasa geli jika melihat hewan melata entah itu melihat ulat, ular, cacing, kelabang, ulat kaki seribu, dan lain-lainnya. Pada saat saya membersihkan cabai, saya melihat belatung kecil yang sangat banyak disekitar cabai busuk. Saya tahu jika saya menolak dan merasa jijik melihat hewan melata tersebut, saya akan kehilangan banyak cabai untuk memasak. Akhirnya saya membulatkan tekad untuk memberanikan diri untuk tidak takut dan memilah-milh belatung tersebut dan membuangnya, bahkan ada beberapa belatung yang saya bunuh karena mereka meloncat-loncat kearah saya.
Tidak hanya cukup dengan hewan melata seperti belatung, saya sudah 3 kali melihat kelabang merah dengan ukuran besar, kira-kira panjangnya 25 cm di tempat singgah jika berada di kota Waingapu (kontrakan). Karena berukuran besar, saya tidak berani membuang bahkan membunuhnya. Saya selalu meminta teman untuk mengusir dan membunuhnya. Memang benar, jika membunuh hewan itu tidak dibolehkan, karena mereka makhluk hidup yang juga berhak untuk hidup tetapi jika hewan tersebut dirasa mengancam keselamatan, membunuhnya pun dianjurkan. Termasuk dengan kelabang dan belatung tersebut.
Pengalaman dengan bianatang hanya saya dapatkan di Sumba Timur ketika mengikuti program SM-3T ini. Menyenangkan dan juga mengharukan.


Nah, begitulah ceritaku. Nanti disambung lagi :)

Tidak ada komentar:

Free Monkey ani Cursors at www.totallyfreecursors.com